Hidup itu ibarat pertandingan. Kamu akan terus dipaksa kuat, meski rasanya kamu sudah tidak mampu. Kamu seolah dituntut untuk berhasil meski sebenernya kamu sendiri bingung harus memulainya darimana.
Ya begitulah hidup, kadang kamu harus merasakan pahitnya kopi sebelum akhirnya kamu dapat menikmati teduhnya suasana malam.
Ikuti alurnya, nikmati prosesnya biar Allah yang atur endingnya gimana.
Ternyata menjadi dewasa itu gak mudah ya. Ada banyak tanggung jawab yang mesti kita emban, beban di pundak yang semakin berat dan beragam. Bahkan tak jarang kita harus bertemu realita yang menyakitkan. Gagal, dikecewain, dan dikhianati.
Fase dewasa mengajarkan kita bahwa hidup tidak selalu seperti yang diinginkan. Kadang, kita harus melapangkan hati menerima kenyataan yang pahit. Meluaskan sabar lagi untuk tetap melangkah. Memetik hikmah atas setiap peristiwa yang terjadi. Sebab bagaimana pun kita menyadari hidup harus tetap berjalan, tidak boleh terhenti hanya karena satu dua hal yang menyakitkan. Karena masih ada harapan yang perlu diperjuangkan, masih ada impian yang mesti kita wujudkan.
Mungkin, waktu tidak bisa menghilangkan luka. Ia hanya mampu menyembuhkan dan membuat kita terbiasa.
Luka itu akan selalu membekas di hati sebagai bukti bahwa kita pernah terjatuh begitu hebatnya, patah hingga rapuh, dan luka itu pula yang akan selalu menjadi pengingat bahwa sumber kecewa adalah HARAPAN yang disandarkan pada MANUSIA. Sumber patah hati ketika berharap berlebihan pada seseorang.
Walaupun luka tidak sepenuhnya bisa pulih dan menghilang, namun darinya kita mendapat pelajaran sekaligus kekuatan, yang membuat diri lebih dewasa.
